BERING STRAIT & HORMUZ STRAIT
——————-
Setahun yg lalu, saat panas panasnya perang Russia dengan Ukraina, kita sering mendengar sebuah wilayah laut bernama Bering Strait (Selat Bering), demikian juga pada saat konflik antara Palestina dengan Isriwil yg melibatkan pasukan Houthi Yaman, nama Hormuz Strait (Selat Hormuz) dan Red Sea (Laut Merah) sering kita dengar sehubungan dengan terjadinya pencegatan lalu lintas laut di wilayah itu, tapi pernahkah kita mendengar tentang MURIA STRAIT..?
Selat Muria (Muria strait) Gak akan ada atau gak akan ketemu kalau di cari di google map, apalagi di peta atlas…
Keberadaan selat purba ini tertulis dalam buku The Geology of Indonesia yang ditulis Van Bemmelen pada 1949.
Buku tersebut menjelaskan bahwa Selat Muria merupakan pelabuhan penting pada abad ke-16 dan ke-17. Kawasan Jepara di sebelah barat Gunung Muria merupakan pelabuhan penting di Selat Muria.
Pada masanya di tepian Selat Muria terdapat pelabuhan-pelabuhan perdagangan dengan berbagai komoditas seperti kain tradisional dari Jepara, garam dan terasi dari Juwana, dan beras dari pedalaman Jawa dan Pulau Muria. Selain itu, keberadaan selat tersebut juga menjadikan kawasan Selat Muria sebagai lokasi galangan kapal yang memproduksi kapal
Akan tetapi, selat tersebut kemudian hilang bagaikan ditelan bumi akibat sedimentasi Pegunungan Kendeng dan Gunung Muria. Sejak saat itu, perairan selat tersebut mulai menyempit sampai akhirnya hilang menjadi daratan.
Selat Muria menjadi makin dangkal yang hanya terendam air saat laut pasang saja. Diperkirakan pada akhir abad ke-16 dan awal abad ke-17, Selat Muria akhirnya menjadi daratan hingga sekarang. Daratan itu kemudian dikenal sebagai kota-kota di wilayah pesisir pantai utara Jawa Tengah.
Selat Muria mengalami pendangkalan dari proses sedimentasi material beberapa sungai yang bermuara di daerah yang sekarang disebut Grobogan, Demak, Kudus, dan Pati. Selain itu pendangkalan itu juga disebabkan karena longsoran letusan Gunung Muria.
Proses pendangkalan Selat Muria diperkirakan sudah terjadi sejak abad ke-13 di mana secara berangsur-angsur, terjadi penyusutan perairan di Selat Muria. Material sedimentasi itu diperkirakan berasal dari Kali Jragung, Tuntang, Serang, Lusi dan Juwana yang membawa material tanah dan bebatuan sehingga perairan selat berubah menjadi daratan. Pada abad ke-17, proses sedimentasi akhirnya membuat Gunung Muria dan Pulau Jawa menyatu.
Sisa dari Selat Muria dapat dilihat dengan sebuah sungai yang disebut Kalilondo yang membentang dari Juwana di sebelah timur hingga ke Ketanjung di sebelah barat. Beberapa sungai juga terbentuk dari bekas Selat Muria seperti Sungai Silugunggo yang melintasi wilayah Kabupaten Pati. Di kawasan ini pula sering terjadi penemuan reruntuhan perahu, kapal, dan meriam yang menjadi bukti adanya selat di kawasan ini.
Selain itu kawasan yang dulunya adalah Selat Muria ini sering dilanda banjir saat musim penghujan.
Daerah Bekas Selat Muria :
*Kabupaten Kudus.
1.Kecamatan Undaan.
2.Kecamatan Mejobo.
3.Kecamatan Kaliwungu.
4.Kecamatan Jekulo
*Kabupaten Jepara :
1.Kecamatan Mayong, Meliputi ; Desa Kuanyar, Kalikulon dan Desa Paren
2.Kecamatan Nalumsari Meliputi: Desa Magangan, Blimbingrejo, Pringtulis, Tunggulpandean, Desa Gemiring, Dukuh Jatisari
3.Kecamatan Welahan meliputi : Desa Karanganyar , Desa Gedangan, Desa Ujungpandan, Desa Teluk Wetan, Desa Kendengsidialit, Desa Sidigede, Desa Kalipucang dan Desa Guwosobokerto
4.Kecamatan Donorojo meliputi : Desa Clering dan Desa Bandungharjo
5.Kecamatan Keling, Desa Bumiharjo
Bukti keberadaan perairan ini dapat dilihat dari pemprosesan citra satelit (mungkin BMKG bisa liat), bukti arkeologi, peninggalan budaya masyarakat pesisir masa lampau dan bukti paleontologi menjadi dasar bahwa wilayah tersebut pernah tertutupi oleh air laut, sehingga saat itu kota-kota Pantura yang sekarang bernama Pati, Kudus, dan Jepara kemungkinan masih berada di dasar laut pada masa keberadaan Selat Muria. Pada sekitar tahun 1657, endapan sungai yang bermuara di selat ini terbawa ke laut sehingga selat ini semakin dangkal dan menghilang, sehingga Pulau Muria menyatu dengan Pulau Jawa
Daftar Pustaka ;
————–
1.Dagh-register gehouden int Casteel Batavia: vant passerende daer ter plaetse als over geheel Nederlandts-India (1656-1657), hlm. 27 via www.sejarah-nusantara.anri.go.id
2.Van Bemmelen, Reinout Willem (1949). Geology of Indonesia. Den Haag: Government Printing Office. ISBN 9789024711741